Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam Sejarah Lengkap Kehidupan Nabi Nuh

Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam Sejarah Lengkap Kehidupan Nabi Nuh Rating: 5,6/10 8681 votes

Allah I memaparkan kisah Nabi Musa bin ‘Imran dan saudaranya Harun i demikian panjang. Allah menceritakan sejarah mereka pada beberapa tempat dalam Al Qur’an dengan uslub atau gaya bahasa yang berbeda-beda, kadang dengan ringkas dan kadang meluas sesuai dengan keadaannya.

Dalam makalah ini, penulis akan membahas ihwal kebudayaan dalam arti adat istiadat yang sudah menjadi kebiasaan dan sukar diubah pada masa Islam datang, tepatnya pada masa Rasulullah SAW. Baik di Mekkah maupun setelah hijrah di Madinah. Jamak diketahui bahwa concern dakwah Nabi SAW. Selama di tanah kelahirannya (Mekkah) masih pada pembenahan masalah seputar akidah orang-orang Arab jahiliyah sedangkan pada periode Madinah Nabi Muhammad SAW.

Telah membangun sebuah peradaban dimana sampai saat ini kebanyakan tindakan Nabi SAW. Itu dijadikan sebagai kiblat membangun masyarakat madani. Gejolak nafsu syahwat yang kita dengar di Paris dan Hollywood tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi di abad-abad lampau ketika kebobrokan melanda bumi. Dilihat dari segi itu, kemajuan peradaban tidak ada pengaruhnya kecuali hanya menambah sarana pemuas nafsu. Nafsu syahwat itu tidak banyak berubah, baik sebelum maupun sesudah terjadinya kebobrokan di muka bumi.

Egoisme, keserakahan, suka pamer dan bertengkar, iri hati, dan sebagainya memenuhi dunia lama meski bentuknya berbeda-beda pada tiap zaman. Tidaklah benar bahwa Mekah saat itu merupakan perkampungan yang belum berperadaban, terisolir di tengah gurun, atau tidak memiliki selera duniawi selain dari mengisi perut. Sebaliknya, wilayah ini memiliki kehidupan yang kompleks yang dipenuhi oleh manusia-manusia congkak dan mengingkari keberadaan Tuhan. Orang-orangnya buta akan kebenaran bahkan mengingkarinya. Gameshark ps1 bin and cue. Dalam masyarakat yang tidak memiliki peradaban intelektual ini, kecongkakan individu sudah demikian parahnya sampai-sampai menyaingi Fir’aun dengan tirani dan arogansinya. Di tengah-tengah kebodohan dan kesesatan, Islam memancarkan cahayanya sedikit demi sedikit hingga membebaskan seluruh jazirah Arab dari kegelapan.

Bahkan Islam menjadikan para pemeluknya sebagai pelita agung yang memberikan penerangan dan bimbingan. Ajaran-ajaran yang menyebabkan perubahan besar ini, yang mengangkat penganutnya dari kehinaan menuju kemuliaan bukan ditujukan untuk suatu zaman atau sekelompok orang tertentu. Ajaran ini ditujukan untuk seluruh umat manusia apapun rasnya dan akan tetap ada selama manusia ada.

Selain itu ajaran ini juga menempatkan manusia pada kedudukan terhormat serta memperbaharui hidupnya. Salah satu budaya popular di jazirah Arab adalah budaya lisan berupa deklamasi puisi. Puisi merupakan medium informasi yang terpenting pada saat itu. “Boleh jadi para penyair di jazirah Arab pada masa jahiliah mempunyai otoritas yang melebihi otoritas wartawan pada masa modern, jika memang orang Arab sadar bahwa mereka memiliki sesuatu yang menakjubkan atau yang mampu memagis”. Tidak mengherankan jika puisi dinisbatkan pada merebaknya tradisi tidak bisa baca-tulis ( ummi), karena orang Arab mengandalkan memori daya ingatannya untuk menghafalkan berbait-bait qashidah sejak awal, yang berpindah dari satu orang ke lainnya dan dari satu tempat ke tempat yang lain secara tepat dan tepat, maka puisi mempunyai pengaruh dalam jiwa sebanding dengan pengaruh sihir. Dalam hal ini ada beberapa cerita aneh, seperti menghilangkan persoalan suatu suku dengan sebuah bait puisi, dan mengorbankan perang persenjataan dengan memberikan semangat melalui bait-bait qashidah. Wewenang seorang pemimpin suku meliputi seluruh individu suku, tidak seorang pun dapat menentangnya.

Download sirah nabawiyah

Seorang pemimpin suku memiliki sedikit keistimewaan dalam harta rampasan perang ( Al- Ghanimah) yang dihasilkan dari peperangan atau penyerbuan, seperti: Al-Murabba’ (seperempat bagian dari harta rampasan/ ghanimah), ash-Shafaya ( bagian yang diberikan untuk dirinya sebelum pembagain ghanimah atau jarahan yang didapat dengan tanpa pertempuran), an-Nasyithah (bagian harta sebelum perang berkecamuk), al-Fudhul (orang yang tidak berhak mendapat bagian dari harta ghanimah). Pembagian ini tidaklah mudah atau sederhana.